Melihat Langsung

oleh Nila Rahma

Melihat pertunjukan seni secara langsung adalah kenikmatan yang lebih menarik hati jika dibandingkan dengan menontonnya melalui televisi ataupun rekaman sejenisnya. Semenjak berada di fakultas tempat menimba ilmu saat ini, aku semakin tertarik dengan kesenian. Aku menyukai musik, tari, drama, bahkan orasi sendiri adalah seni. Ya, sebutlah orasi sebagai seni jalanan karena selalu terkatakan di jalanan.

Baca lebih lanjut

Ruang Senja yang Kosong

oleh Muhammad Ibrahim

 

Ketika sebuah runag dipertanyakan akan sisinya, dan manusia selalu menjawab dengan gamang apa yang harus diisikannya terhadap dunia. Perlahan dengan kesadaran ketika senja menghampiri ada beberapa kata yang ingin terucap dan ada beberapa gerak yang harus diolah. Mengisi kekosongan SENJA DALAM RUANG. Ruang hati dan batin setiap sosok dalam perhelatan malam yang menjadi saksi pengisian ruang kosong. Apapun katamu apapun kemauan untuk mengisi senja dan RUANG HATI DAN PENGARUH ITU. Pengaruh terhadap kabut yang semakin tipis dan tanpa sekat.

 

Perlahan aku ingin membelai senja dengan kasih sayang, menghadirkan keluarga dalam ruang, senja dan tak lagi ada kekosongan. Sebuah doa yang ingin disampaikan oleh hati dan didengar oleh raga terbalut pekatnya perangai dunia yang selalu menuntut.

 

Jangan pernah mengetahui yang kabur secara parsial murni yang tak tau arti. Mari bersama membangun mimipi mengisi ruang tadi. Pembongkaran karakter diri dalam pemasalahan imajinasi.

Semua orang boleh ikut ambil bagian dalam proses pendewasaan penuh masalah.

 

Masalah adalah sarana dan peranan itu sangat penting agar kita bisa menjadi lebih dewasa setelah masalah itu lepas seperti benag kusut di malam hari jarum menggapai hati-hati yang antusias terhadap hidup.

 

Aku ingin ruang kosong itu terisi dengan aktivitas senja yang bermakna bersama-sama kita menjadi satu keutuhan keluarga hidup, mengambil bagian dalam sisi lain dunia.

Namaku Gudel (bagian keempat)

oleh Azhar Aziez Lubis

 

 

 Hey masih ingat aku?

Aku gudel, masih tetap Gudel. . .

Jangan tertipu dengan penampilan

Sorban, bukan tanda kalau dia kyai,

jilbab, bukan tanda kalau dia sholihah,

peci, bukan ukuran kealiman seseorang,

sarung, bukan tanda kalau dia santri. . .

Ini hanya alat bagaimana menaklukkan, retorika kekuasaan. . .

gaya politisi memperoleh suara. . .

Aku Gudel, ya wakilmu di parlemen. . .

Aku buat program kerja bagaimana mengerup keuntungan

Aku rancang cara bagaimana mengerup kekayaan. . .

Aku susun taktik bagaimana mempertahankan kekuasaan. . .ya, kekuasaan. . .

Begitulah kira-kira tugas anggota dewan

Jangan tanya nasionalisme padaku, sebab aku hanya gudel

Apalagi idealisme menyejahterakan masyarakat. . .

Ingat sekali lagi aku hanya gudel

Jangan tuntut aku pemerataan keadilan

Ingat sekali lagi aku hanya gudel, jangan tuntut aku macam-macam!

Ingat. . . aku hanya Gudel, semak belukar, ilalang, dan rerumputan liar. . .

Maka, jika engkau kebetulan menemukan orang baik di pemerintahan,

ia hanya buih, ya hanya buih. . .

Sebab, mayoritas wakil kita di pemerintahan, gudel-gudel juga sama seperti aku. . .

Maka, jika engkau teraniaaya, tidak mendapatkan pelayanan yang layak,

mendengar kecurangan-kecurangan atau mendengar idolamu korupsi. . .

Ingat pesanku dan katakan dalam dirimu, ah mereka hanyalah gudel,

ya hanya gudel. . .

semak belukar, ilalang liar,

tanpa moral,  tanpa ruh perjuangan. . .

(dibawakan ketika teatrikalisasi puisi, Banyuwangi 2007)

Namaku Gudel (bagian ketiga)

oleh Azhar Aziez Lubis

 

Ya aku Gudel

Sarjana alam semesta. . .

Sekolahanku, trotoar, terminal, pasar, dan manusia. . .

Sekolah bagiku tak lebih dari penjara,

di mana ilmu pengetahuan terkurung di dalam buku-buku pelajaran

yang telah dirancang dan ditetapkan untuk mencari keuntungan. . .

 

Alangkah menjemukan tahun-tahun menunggu gelar kesarjanaan

Akhirnya toh tetap juga menjadi pengangguran. . .

Jangan andalkan sekolahan membentuk moral anakmu!!

Sekolahan hanya tak lebih dari lapangan penghidupan

tempat para guru menandatangani absensi untuk menerima gaji. . .

 

Urusan moral, bukan urusanku,

baik dan buruk, bukan wewenangku. . .

Tugas telah aku penuhi,

gaji telah aku kantongi. . .

 

Ya akulah Gudel, guru abad ini

yang mengerti dan paham kondisi. . .

Di mana tempat menguntungkan,

di situlah aku bersemayam. . .

 

(dibawakan ketika teatrikalisasi puisi, Banyuwangi 2007)

Namaku Gudel (bagian kedua)

Azhar Aziez Lubis

 

Ya, aku Gudel

Semak belukar ilalang dan rerumputan liar. ..

Penjara adalah rumah dan sekolahanku,

di mana aku belajar dan berkembang. . .

 

Tempat di mana aku memperbaiki segala kesalahan,

menyempurnakan setiap rencana dan tindakan,

tempat dimana aku mempelajari satu demi satu keterampilan,

memahami tabiat manusia dan mengerti cara menaklukkan. . .

 

Untuk bisa kaya, kamu harus berani mengambil,

Untuk bisa berkuasa,

kamu harus belajar untuk tega,

ya kamu harus belajar untuk tega. . .

 

Setiap kali aku keluar dari penjara,

aku merasa jadi sarjana,

semakin pintar dan menakutkan. .

 

(dibawakan ketika teatrikalisasi puisi, Banyuwangi 2007)

Namaku Gudel (bagian pertama)

Oleh Azhar Aziez Lubis

 

Namaku Gudel,

Hari tanggal dan tahun lahirku emak tidak ingat

Yang jelas aku lahir saat bapak kalah judi

Terusir…

tanpa rumah dan tanpa pendidikan. . .

 

Yang emak lakukan hanya menangis dan mencakar

Yang bapak lakukan,

hanya mabuk dan menggampar

Sedangkan aku…

yang aku lakukan hanya mencatat dan merekam. . .

 

Betapa banyak orang tua yang tak bisa bersikap dewasa

Entah kenapa namaku gudel

Bapak bilang biar kuat,

tidak mudah sakit dan bisa diberi makan apa saja

terutama biar tidak menghabisakan banyak biaya

 

Anak seusiaku masanya bermain,

belajar, berkembang dan bermimpi menjadi presiden

Sedangkan aku,

masih saja mengadah di trotoar, di jalan-jalan, di stasiun dan pasar-pasar. . .

 

Itulah taman kanak-kanak bagiku

di mana aku memaknai kehidupan

Belajar mengerti betapa sulitnya memberi

dan betapa mudahnya mencuri

 

Jika boleh aku memilih orangtua,

tentu aku tidak memilih orangtua yang membiarkan anaknya berkembang menjadi binatang,

orangtua yang hanya mengisi materi dan melupakan nilai,

orangtua yang membangun kerakusan akan dunia dan melupakan mengisi hati yang kosong dan hampa,

yang hanya mengisi kepala dan lupa mengisi jiwa

 

Jika diizinkan aku memilih untuk tidak dilahirkan. . .

 

(dibawakan ketika teatrikalisasi puisi, Banyuwangi 2007)

July, 19th 2011

This afternoon makes me enjoy the sky

The sky where I hope I can fly

The great fly with the right guy

 

The guy who makes me would like to see the night

And I do hope he has been there to give me the light

Save and bring me to the right

 

Or maybe when I see myself staying around

He comes and asks me to be his one

By his brave, keeps and stays with me alone

 

 

All disappointed falling down leaf

Startled when he asks me to stay and live

Live, become the part of his life

Going through the period as his wife

 

Y. Debby S.

Just keep going to stay in Stanza

Desire of the Woman of Letters ^^